Motivasi Santri



— SAY NO AND NEVER TO ‘VALENTINE DAY’ —

Sebungkus coklat, setangkai bunga mawar, kartu ucapan bertuliskan “I Love You” dan kata-kata romantis, dan kado-kado unik lainnya yang rata-rata berbentuk hati, akan amat sangat mudah kita jumpai di bulan kedua setiap tahunnya tepatnya tanggal 14 februari. Pada tanggal tersebut, nuansa pink mewarnai dimana-mana, baik itu di mall, kampus, toko-toko, dan restaurant. Yaaa…masyarakat pada umumnya dan para remaja pada khususnya menyebut hari tersebut sebagai ‘hari kasih sayang’ atau istilah  impornya adalah ‘Valentine Day’.

Pada hari itu terutama kaum remaja merayakannya dengan berhura-hura. Berduyun-duyun datang ke pesta bersama pasangan yang belum halal baginya, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah coklat, bertukar kado, dan kegiatan-kegiatan yang berbau maksiat lainnya. Bahkan hal-hal yang hanya boleh dilakukan  oleh pasangan suami-istri pun mereka lakukan. (Na’udzubillah…)

Namun, tahukah kita sejarah di balik semua moment tersebut atau kita hanya sekedar ikut-ikutan untuk merayakannya sebagai ajang pembuktian diri sendiri yang ingin mengatakan bahwa “gaul dan keren itu berarti mengikuti dan ikut merayakan valentine”.

Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Al-Isra ayat 36 :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggunganjawabannya.”

Hadist Rasulullah SAW : ”Barangsiapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”. (HR. Abu Daud)

Mari kita bahas sejarah hadirnya hari tersebut…

SEJARAH VALENTINE

Beberapa sejarah valentine :

St. Valentine, seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya. Namun mereka enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dan memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide. Ia berfikir jika pria tidak menikah, mereka akan dengan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. St. Valentine pun menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan. Aksi ini diketahui kaisar. Suatu malam, ia ketahuan memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan.

Salah satunya adalah putri penjaga penjara yang mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar. Pada hari kepalanya dipenggal, kebetulan bertepatan 14 Februari, St. Valentine menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan ‘to be my Valentine’. Pesan itulah yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta.

Padahal “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata yang ditujukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Sadar atau tidak ketika kita mengatakan “to be my Valentine”, berarti sama saja artinya kita meminta orang tersebut menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas sekali hal ini merupakan kesalahan fatal dan merupakan salah satu syirik besar di abad ini.

Fakta yang lebih jelasnya lagi pada tanggal 14 Februari 1942 adalah hari jatuhnya Kerajaan Islam Spanyol.  St. Valentino mengumumkan hari tersebut sebagai hari ‘kasih sayang’ karena menurutnya Islam itu zalim. Jadi dapat dirinci bahwa tumbangnya Kerajaan Islam Spanyol dirayakan sebagai Hari Valentine yang ironisnya juga dirayakan oleh umat Islam sendiri. Astaghfirullah…

Pada tahun 496 Paus Gelasius I memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasran yang sejak itu resmi bernama Valentine’s Day. The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul : Chistianity, menuliskan : “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998). Nama Valentinus di duga merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu : Pastur di Roma, Uskup Interamna (modern Terni), dan Martir di provinsi Romawi Afrika.  Hubungan ketiga martir ini dengan hari valentine tidak jelas. Paus Gelasius I menyatakan sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini, namun 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Hal ini terbukti menggambarkan bahwa hari valentine merupakan agama ritual orang nasrani dan kristiani, yang tidak ada bedanya dengan perayaan natal mereka. Dimana umat Islam dilarang mengucapkan selamat apalagi sampai mengikuti upacara perayaannya tanpa tahu menahu asal muasalnya.
Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode pertengahan Januari dengan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Tahu gak dewa Zeus? Dewa  Zeus itu ayahandanya Hercules. Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan (maaf) setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan berlari-lari di jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai dijalan. Tidak heran jika para wanitanya pun justru mengajukan diri karena percaya itu adalah sebuah keberkahan buat mereka.
Dari beberapa sejarah di atas, bisa kita lihat bahwa valentine day bukan hari orang Islam. Seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain. Telah dijelaskan dalam Al- Qur’an. “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun : 1- 6).

Sementara dari hari valentine yang kita temui adalah simbol-simbol syirik dan maksiat yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Dalam hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, (maaf) kissing bahkan berzina di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Ini jelas sesat dan menyesatkan. Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka melakukan hal tersebut dengan lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang. Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan.
Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ : 32)
HIDUPLAH DALAM KASIH SAYANG ISLAM YANG SEJATINYA
“Kalian (umat Islam) adalah umat yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran, dan beriman kepada Allah.” (Q.S. 3 : 110).
 “Sesungguhnya kasih sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT. Barang siapa yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung (kasih sayang-Nya) dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutus (kasih sayang-Nya) dengannya.” (HR. Bukhori)
Islam adalah agama yang terbaik dunia akhirat. Lebih dari itu, Islam adalah sistem nilai sekaligus sistem hidup yang menjadikan seseorang selamat dan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Bagi sebagian orang, Islam adalah pembebas, Islam adalah penyelamat. Namun, melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam, upaya paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan Islam salah satunya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam.
Samuel Zwemer dalam konferensi Al Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan: “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah)”. Salah satu moment yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah valentine day.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 120).

Dalam Islam tidak akan pernah ada yang namanya hari valentine atau hari kasih sayang. Kasih sayang tidak hanya ditunjukkan pada hari khusus apalagi hari tersebut datangnya dari musuh besar kita. Kasih sayang dalam Islam dapat ditunjukkan dengan saling memberi salam, saling memberi hadiah, saling mengunjungi, saling menguatkan dan menasehati, melupakan semua kesahannya bahkan senantiasa bertekad untuk menjadi manusia yang bermanfaat bisa dikategorikan sebagai bukti kasih sayang yang sebenarnya. Bukan malah melegalkan sesuatu yang jelas-jelas haram dalam hukum Islam (dalam hal ini yaitu zina).

Hakikat kasih sayang terbesar yang sudah seharusnya kita miliki dalam hati adalah :

Mencintai dan menyayangi Allah SWT dengan cara memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk yang dilarang-Nya.
Mencintai dan menyayangi Rasulullah SAW yang pada akhir hayatnya pun menunjukkan bukti kasih sayang terbesarnya dimana  beliau menyebut “ummati…ummati…ummati…”
Mencintai dan menyayangi ibu dan ayah kita yang hingga detik ini tidak pernah lepas untuk mendoakan kebahagiaan bagi putra-putrinya.
Untuk apa menyibukkan diri dengan tradisi luar yang sudah terbukti punya niat buruk menghancurkan para sahabat semua. Jangan tertipu dengan istilah trend masa kini, gaulnya anak muda tapi malah kebablasan merusak akhlak dan akidah yang begitu mahal harganya. Jauhi sikap ikut-ikutan dalam prinsip hidupmu. Syukuri nikmat Islam dan Iman yang ada pada diri sahabat semua karena disanalah letak kasih sayang itu berada. Hiduplah dalam bingkai kasih sayang Allah. Nikmat mencintai segala sesuatunya hanya karena Allah SWT dunia wal akhirat. Mulai detik ini, mari kita bulatkan tekad dan komitmen dalam hati “say no and never to valentine, forever…”. Allahu Akbar !!!
Wallahu ‘Alam…


Yuk Share jika ini bermanfaat.
Follow :
https://www.instagram.com/motivasisantri_nusantara/

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)

Haramnya Menghina Orang Lain
Dalam ayat ini Allah memanggil hambanya yang beriman dengan panggilan (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ), yang merupakan sebaik-baik panggilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap ayat Allah yang didahului dengan panggilan kepada hamba-Nya(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) menunjukkan bahwa sesudahnya Allah Ta’ala akan menyampaikan sesuatu yang penting. Sebagaimana ucapan sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “ Jika engkau mendengar Allah berfirman     (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) maka dengarkanlah dengan baik-baik. Karena di situ terdapat kebaikan yang Allah perintahkan atau kejelekan yang dilarang oleh Allah” (Dinukil dari Nidaa-atu Ar Rahman li Ahlil Iman)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka. Hal ini sebagaimana terdapat pula dalam hadits Nabi tatkala beliau bersabda, ‘Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’, maksudnya adalah menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan haram. Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih Allah cintai. Oleh karena itu Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim).

Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri” (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).

Larangan ini bersifat umum, mencakup celaan terhadap segala hal. Imam At Thabari rahimahullah menjelaskan, “ Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).

Jelaslah dalam ayat ini Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini. Dan sifat ini merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir. (Lihat Al Manhiyaat fii Suurati Al Hujuraat).

Boleh Jadi Orang Yang Dihina Itu Lebih Baik
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan: “Padahal boleh jadi pihak yang dicela itu justru lebih baik daripada pihak yang mencela. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mencela hanyalah dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim) “ (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).

Saudarakau, kita tidak mengetahui hakekat seseorang. Boleh jadi orang yang dicela itu lebih mulia di sisi Allah, boleh jadi dia lebih banyak amal kebaikannya, boleh jadi dia lebih bertakwa. Dan tidak ada yang menjamin seseorang akan selalu lebih baik kondisinya dari orang lain. Orang yang tadinya kaya bisa jadi mendadak hilang hartanya. Orang yang punya jabatan tinggi, bisa lengser seketika. Orang yang tadinya mulia kedudukannya, bisa jadi nanti masyarakat merendahkannya. Sehingaa, tidaklah pantas seseorang merasa jumawa, merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga mencela dan merendahkannya.

Larangan Khusus Bagi Wanita
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan secara khusus larangan bagai wanita untuk saling mencela, Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ

“Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik “ (QS. Al Hujuraat 11).

Allah khusukan penyebutan larangan bagi wanita dalam ayat ini. Padahal dalam ayat-ayat lain Allah mencukupkan dengan menyebutkan khitab dalam Al Qur’an hanya laki-laki saja, dan otomatis hukum tersebut berlaku juga bagi wanita. Adapun dalam ayat ini Allah menyebutkan wanita secara khusus karena dua alasan :

Hal ini menunjukkan penegasan larangan dan keharaman untuk berbuat sikhriyyah, di mana Allah mengulang larangan ini sebanyak dua kali, “ Janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya”.
Dikhususkan penyebutan wanita dalam ayat ini, karena kebanyakan yang melakukan perbuatan sikhriyyah adalah kaum wanita, sehingga disebutkan larangan secara khusus bagi mereka. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Syaukani dalam Fathul Qadir. (Lihat Al Manhiyaat fii Surati Al Hujuraat)
Larangan Menghina dalam Al Qur’an dan As Sunnah
Dalam banyak ayat dan hadits terdapat pula larangan untuk saling menghina yang senada dengan ayat di atas.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih” (QS. At Taubah : 79).

Allah Ta’ala berfirman,

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ اتَّقَواْ فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al Baqarah : 212).

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

“Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).

Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa menjaga lisan dan perbuatan kita dari mencela dan merendahkan orang lain. Semoga bermanfaat, menambah ilmu untuk kita semua.

***

Referensi : Al Manhiyaatu fii Suurati Al Hujuraat karya Dr. ‘Ali bin Faazii At Tuwaijiri
Penulis: dr. Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id

Sumber : https://muslim.or.id/22332-jangan-kau-cela-saudaramu.html
Kita semua menyadari, bahwa ikhlas adalah syarat yang tak bisa ditawar agar amal ibadah kita diterima Allah, disamping juga harus bersama syarat yang kedua yaitu sesuai tuntunan Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- (Mutaaba’ah). Dan tak ada seorang muslimpun yang meragukan, bahwa menuntut ilmu agama, mempelajari ilmu untuk mengenal syariat Allah, adalah amal ibadah yang luar biasa istimewa. Bagaimana tidak, sementara seluruh ibadah butuh pada ilmu?! Tanpa ilmu, kita buta dalam beribadah. Bisa-bisa seorang meyakini suatu amalan adalah ibadah, padahal tak sedikitpun bernilai ibadah di mata Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga, kemudian masih diragukan sebagai ibadah?!

Mustahil…!

Maka sepatutnya para penuntut ilmu menyadarkan hatinya, menghiasi hatinya, dengan semerbak niat dan rasa, bahwa saat ia sedang berjuang menuntut ilmu, saat itulah ia sedang berada dalam ibadah yang sangat agung. Ini sebenarnya dapat menjadi motivasi yang sangat manjur, agar selalu bisa semangat dan istiqomah dalam menuntut ilmu.

Setelah kita meyakini, bahwa menuntut ilmu adalah ibadah, maka ketahuilah sahabat sekalian, bahwa menuntut ilmu juga butuh keikhlasan. Agar lelah letih yang kita jalani dalam masa belajar ini, berbuah pahala dan rahmad Allah yang agung. Berbuah surganya yang mulia.

Allah berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan segala ibadah hanya untuk-Nya (Ikhlas), dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-bayyinah : 5)

Dan.. ilmu yang kita peroleh terberkahi.

Syaikh Sholih Al-Ushoimi -hafidzahullahا- menasehatkan,

وما سبق من سبقو ولا وصل من وصل من السلف الصالحينو الا بالاخلاص لله رب العالمين

Tidaklah para salafussholih itu unggul dan sampai pada derajat ilmu (yang tinggi), melainkan karena sebab ikhlasnya mereka saat menuntut ilmu, karena mengharap pahala Allah tuhan semesta alam.

(Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)

Anda ingin benar dimuliakan oleh ilmu, ternyata ikhlaslah kuncinya.

Bahkan, Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi masih dihalaman yang sama dari kitab Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, sampai mengatakan,

وانما ينال المرء العلم على قدر اخلاصه

Seorang itu mendapatkan jatah ilmu, sebanyak kadar ikhlasnya.


Sumber : https://muslim.or.id/42469-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-2-ikhlaskan-niatmu.html
Imam Ghazali dalam sebuah karyanya menyebutkan hari itu hanya tiga waktu, kemarin, esok dan hari ini. Esensi kehidupan itu berada di pihak hari ini. Kemarin hanyalah kenangan sedangkan esok merupakan sebuah harapan. Hari ini itulah kehidupan sesungguhnya.

Kita hendaknya terus memperbaiki diri dan berfastabiqul khairat, jadilah selalu sosok yang najah (menang)dalam kebaikan salah satunya menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini.

Hal ini sebagaimana diungkapkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA , beliau berkata :

من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون

"Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat."

Jika ingin beruntung, jadilah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin. Inilah inti pesan ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu selalu mendorong umatnya untuk maju.

Allah SWT. Berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. [59]: 18)

Beranjak dari itu marilah kita selalu berusaha menjadi insan yang beristiqamah dalam kebaikan bahkan  nilai istiqamah itu lebih tinggi dari ibadah itu sendiri. Rasulullah dalam sebuah hadist yang diungkapkan dalam kitab Majelis Assaniyah menyebutkan "Istiqamah itu lebih aula dari seribu kemuliaan".

Istiqamah dalam kebaikan dan perbaikan juga menjadi bahagian jihad dan perjuangan kita untuk meraih esok yang lebih baik.


Kita sebagai muslim harus introspeksi terus apa yang telah diperbuatnya untuk masa depannya. "Hari esok" dalam ayat tersebut mengandung makna: hari esok yang dekat yaitu dunia, dan hari esok yang jauh yaitu akhirat. Marilah beristiqamah meraih hari esok yang lebih baik.

motivasisantri_nusantara -

Islam telah menggambarkan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan; ia adalah salah satu kebutuhan hidup dan manifestasi kebangkitan dan tanda ketinggian bangsa. Tujuan pendidikan adalah pembentukan kepribadian Islam dan memberikan kepada masyarakat apapun yang dibutuhkannya dari sains dan ilmu untuk mencapai kecukupan dan kemuliaan, sehingga kita menjadi independen dari negara-negara lain

Allah Swt berfirman:
”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. AL Mujadalah [58]: 11)

Nabi Saw bersabda kepada Abu Dzar Al Ghifari

 لأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّىَ مِائَةَ رَكْعَةٍ
Bahwa sesungguhnya engkau pergi untuk mempelajari suatu ayat dari kitab Allah adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at. (HR. Ibnu Majah)

Imam Al-Ghazali juga memandang bahwa belajar atau menuntut ilmu adalah sangat penting serta menilai sebagai kegiatan yang terpuji. Untuk menerangkan keutamaan belajar tersebut Imam Al-Ghazali mengutip beberapa ayat Al-Qur’an, hadits Nabi serta atsar. Di antara ayat , hadits dan atsar yang dikutip tersebut, yaitu :

Allah berfirman :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122)

Nabi saw. bersabda: “Barang siapa menjalin suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Nabi saw. bersabda pula: “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu tanda rela dengan usahanya itu” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Shafwan bin Assal)

Nabi saw. bersabda: “Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Abdul-Birri dari Al-Hasan Al-Bashari)

Abu Darda’ra. berkata: “Lebih suka saya mempelajari satu masalah daripada beribadah satu malam.”
Dan ditambahnya pula: “Orang yang berilmu dan menuntut ilmu berserikat pada kebajikan dan manusia lain adalah bodoh tidak ada kebajikan kepadanya.”

Belajar atau menuntut ilmu mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan menuntut ilmu orang menjadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa menuntut ilmu orang tidak akan mengetahui sesuatu apapun.
Di samping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai perbuatan yang dapat mendatangkan ampunan dari Allah SWT. Orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni dosanya.

Demikian pentingnya  belajar–menuntut ilmu ini sehingga dihargai sebagai jihad fisabililah yaitu pahalanya sama dengan orang yang pergi berperang dijalan Allah untuk membela kebenaran agama.

motivasisantri_nusantara -

Tiap-tiap sesuatu dapat dicari penggantinya,kecuali usia. Dan, tiap-tiap sesuatu bila telah lenyap, adakalanya dapat dikembalikan melalui suatu jalan atau lainnya, kecuali usia. Karena apa yang telah berlalu dari usia tidak dapat dikembalikan dan ia pergi untuk selamanya.

Apa yang sudah berlalu dari usia, berarti lenyap yang diharapkan masih belum pasti, dan bagimu hanyalah saat sekarang yang sedang dijalani.

Allah Ta’ala berfirman :

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ

"Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?" (QS. Fathir [35] : 37)

Huruf ma disebutkan dalam penggunaannyadakalanya sebagai huruf maushul yang berarti: "Dalam yang cukup untuk berpikir" atau sebagai huruf mashdar yang berarti: "Untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir" dalam kehidupan ini.

Allah Ta’ala berfirman :

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَقَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ

"Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggi di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal di (dibumi) sehari atau setengah hari’." (QS. Al-Mu’muninun [23] : 112-113)

Allah Ta’ala berfirman :

قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَأَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَفَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

"Kamu tidak tinggal (di bumi), melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada tuhan(yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) Arsy yang mulia." (QS. Al-Mu’muninun [23] : 114-116)

Ibnu Abbas ra telah menceritakan bahwa Rasulullah shallahu alaihi was sallam pernah bersabda: "Ada dua nikmat yang keduanya memperdaya kebanyakan manusia,yaitu sehat dan waktu luang." (HR. Muslim)

Hal yang paling menyia-nyiakan usia adalah melakukan kedurhakan. Ulama salaf yang shalih sangat antusias dalam memelihara usia dan menggunakan sebaik-baiknya. Apabila menggunakan usianya untuk maksiat, berarti lenyaplah dunia dan akhiratnya. Semoga Allah melindungi kita dari kedurhakaan.

motivasisantri_nusantara -

Kalau anda ingin menikmati dunia yang indah ini, maka bergeraklah. Jangan diam, teruslah bergerak mencari keindahan tersebut. Sesuatu yang Anda inginkan itu harus dicari dan diusahakan. Tidak hanya menunggu saja. Apalagi hanya berpangku tangan dan sekedar mengharapkannya saja dalam pikiran. Fenomena bergerak, sesungguhnya banyak diajarkan dari fenomena alam yang ada di sekitar kehidupan manusia. Ambil contoh, keberadaan air. Air itu akan menyegarkan dan menyehatkan bila kondisinya mengalir (bergerak). Dan sebaliknya bila kondisi air di suatu tempat itu diam, maka bisa dipastikan lokasi tersebut akan menjadi sumber dan penularan bibit penyakit. Selain menjadi sumber penyakit, air yang diam pun akan berpotensi menimbulkan bau yang tidak sedap. Pada konteks ini, bergerak itu setali dengan berusaha. Artinya dalam hidup ini, bila kita ingin hidupnya berdaya dan berguna untuk orang lain, jalan keluarnya adalah kita harus selalu bergerak. Yaitu bergerak mencari sesuatu yang bisa memberdayakan diri kita. Orang berdaya itu pasti memiliki sesuatu yang bisa dibagikan pada orang lain. Orang berdaya juga akan dibutuhkan oleh orang lain.

Kata Dale Carnegie, "Banyak hal penting di dunia ini dicapai oleh orang-orang yang terus berusaha meskipun tampaknya tidak ada harapan." Ungkapan ini harusnya menjadi pemacu kita untuk lebih produktif dalam menjalani kehidupan ini. Dengan terus berusaha akan berdampak pada ketekunan. Dengan ketekunan, kita akan menjadi ahli dan menguasai sesuatu yang kita tekuni. Puncaknya, lewat usaha yang terus menerus itu akan menghadirkan sesuatu yang menurut orang kebanyakan tidak mungkin, akan menjadi mungkin atas ijin Yang Maha Kuasa. Ayo....hidup yang hanya sekali ini, jangan disia-siakan. Ingat tiap manusia itu memiliki peluang yang sama untuk sukses dalam hidupnya. Kuncinya ada pada kemauan, tekad, dan perilaku berusaha yang kita lakukan sehari-hari. Untuk itu, jangan pernah berhenti untuk berusaha. Kemajuan itu secara nyata dilahirkan dari usaha-usaha yang telah dilakukan seseorang secara terus menerus, tekun dan pantang menyerah dalam mengarungi kehidupan keseharian. Bagaimana menurut Anda?

Refrensi : https://www.kompasiana.com/ardadinata/55286283f17e61c6458b45ab/jangan-berhenti-berusaha

motivasisantri_nusantara -

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”

Syukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah inti ibadah, pokok kebaikan, dan merupakan hal yang paling wajib atas manusia. Karena tidak ada pada diri seorang hamba dari nikmat yang tampak maupun tersembunyi, yang khusus maupun umum, melainkan berasal dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/16:53]

Allâh Azza wa Jalla memberikan berbagai kebaikan dan menolak kejahatan dan keburukan. Oleh karena itu, seorang hamba harus benar-benar bersyukur kepada-Nya. Hendaknya seorang hamba berusaha dengan segala cara yang dapat mengantarnya dan membantunya untuk bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. [Al-Baqarah/2:152]

Dan firman-Nya :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/14:7]


Obat dan faktor yang sangat kuat agar seseorang bisa mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , yaitu hendaknya setiap hamba memperhatikan orang yang lebih rendah darinya dalam hal akal, nasab, harta, dan nikmat-nikmat lainnya. Jika seorang terus-menerus melakukan ini, maka ini akan menuntunnya untuk banyak bersyukur kepada Rabb-nya serta menyanjung-Nya. Karena dia selalu melihat orang-orang yang keadaannya jauh berada di bawahnya dalam hal-hal tersebut. Banyak di antara mereka itu berharap bisa sampai –atau minimal mendekati- apa yang telah diberikan padanya dari nikmat kesehatan, harta, rezeki, fisik, maupun akhlak. Kemudian dia akan banyak memuji Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telahmemberinya banyak karunia.
Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • Sungguh,! betapa penting sebuah ilmu
    motivasisantri_nusantara - Islam telah menggambarkan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan; ia adalah salah satu kebutuhan hidup dan man...
  • Jangan Banggakan Ilmumu
    Kita semua menyadari, bahwa ikhlas adalah syarat yang tak bisa ditawar agar amal ibadah kita diterima Allah, disamping juga harus bersama ...
  • Jangan lewatkan harimu tanpa ilmu
    motivasisantri_nusantara - Tiap-tiap sesuatu dapat dicari penggantinya,kecuali usia. Dan, tiap-tiap sesuatu bila telah lenyap, adakalany...
  • Jangan merendahkan orang lain
    Yuk Share jika ini bermanfaat. Follow : https://www.instagram.com/motivasisantri_nusantara/ Allah Ta’ala berfirman, يَا أَيُّهَا ال...
  • Jangan mengeluh! buat lebih baik lagi
    Imam Ghazali dalam sebuah karyanya menyebutkan hari itu hanya tiga waktu, kemarin, esok dan hari ini. Esensi kehidupan itu berada di pihak...
  • Berhenti berusaha atau ingin gagal?
    motivasisantri_nusantara - Kalau anda ingin menikmati dunia yang indah ini, maka bergeraklah. Jangan diam, teruslah bergerak mencari kei...
  • Katakan tidak untuk Valentine
    — SAY NO AND NEVER TO ‘VALENTINE DAY’ — Sebungkus coklat, setangkai bunga mawar, kartu ucapan bertuliskan “I Love You” dan kata-kat...
  • Bersyukurlah, jangan pernah kufur!
    motivasisantri_nusantara - Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, عَنْ أَ...
  • Berfikir Positif dan Tetap Optimis
    motivasisantri_nusantara - Saat seseorang dalam tahap Berusaha mendapatkan sesuatu yang ia impikan ia harus tetap menjadi seseorang yang...
  • Prasangka baik sumber kebahagiaan
    motivasisantri_nusantara - Jangan pernah berburuk sangka kepada Allah. Masalah yang menimpamu hari ini bukan semata-mata Allah tak sayan...

Copyright © 2016 Motivasi Santri. Template by OddThemes