Kematian paman Rasulullah SAW yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib membuat sang nabi sangat terpukul. Bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan Nabi Muhammad menangis ketika melihat jasad Hamzah.
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah for Kids karya Abdul Mun'im al-Hasyimi, Hamzah wafat saat Perang Uhud. Kala itu, seorang penduduk Habsyah bernama Wahsyi bin Harb membunuh Hamzah dengan melemparkan belati hingga mengenai dada beliau.
Lemparan Wahsyi jarang meleset. Ketika Hamzah menghabisi musuh-musuhnya, Wahsi bersembunyi di balik pohon dan saat paman Rasulullah itu muncul, dilemparlah belati ke arahnya.
Belati itu lantas mengenai bagian bawah perut Hamzah hingga menembus ke bawah. Seketika Hamzah tersungkur tak berdaya.
Setelahnya, Wahsyi kembali untuk mengambil senjatanya dan bergabung dengan pasukan perang lainnya. Sementara jasad Hamzah dikoyak dadanya dan dicabik-cabik oleh Hindun binti Utbah. Bahkan bagian hati Hamzah dikunyah mentah olehnya.
Mengutip dari buku Mengungkap Rahasia Online dengan Allah susunan Irja Nasrullah, Wahsyi dikenal sebagai budak yang bergumul dengan perbuatan syirik hingga berzina. Kala itu, Hindun binti Utbah menjanjikan harta dan kemerdekaan dalam sayembara yang ia adakan bagi siapapun yang berhasil membunuh Hamzah.
Hindun menyimpan dendam yang membara pada Hamzah karena telah membunuh ayah dan sanak saudaranya pada Perang Badar. Wahsyi mengikuti sayembara tersebut dan ia terbukti mampu membunuh paman dari sang rasul. Setelah Wahsyi menerima hadiah dari Hindun, ia merasa sangat senang.
Namun kesenangan itu tak berlangsung lama. Berkat hidayah Allah SWT, Wahsyi lantas datang kepada Rasulullah SAW untuk bertobat atas apa yang pernah ia perbuat.
Sebagai seorang utusan Allah, Nabi Muhammad menerima Wahsyi dengan tangan terbuka. Dalam buku Markas Cahaya oleh Salman Al-Jugjawy, dari Ibnu Abbas RA beliau menceritakan Wahsyi berkata,
"Wahai Muhammad, bagaimana engkau akan mengajakku masuk Islam sedangkan engkau sendiri pernah berkata bahwa seorang pembunuh, musyrik dan pezina telah terjatuh ke dalam dosa dan akan menerima azab yang berlipat ganda serta kekal di neraka dalam keadaan hina. Sedangkan semua itu telah aku lakukan. Apakah menurutmu ada sedikit keringanan bagiku atas dosa-dosaku itu?"
Sebagai jawaban atas pertanyaan Wahsyi, turunlah surat Al Furqan ayat 70 yang berbunyi,
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya: "Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,"
Mendengar firman Allah itu, Wahsyi kembali bertanya kepada Rasulullah SAW,
"Wahai Muhammad, persyaratan ini (taubat, beriman, dan beramal saleh) amat berat, tidak mungkin aku dapat memenuhinya,"
Keberatan Wahsyi ini kemudian menjadi sebab turunnya ayat lain, yaitu surat Az Zumar ayat 53,
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,"
Setelah ayat itu turun, Wahsyi kemudian menjawab ia sanggup dan kemudian masuk Islam. Ia sungguh menyesali dosa-dosa yang ia perbuat sebelum memeluk Islam.
Pada masa-masa berikutnya, Wahsyi justru menjadi salah seorang tokoh yang berperan penting dalam kehidupan Islam. Ia berhasil membunuh Musailamah Al Kadzab, seorang nabi palsu yang kerap memusuhi Nabi Muhammad SAW.